Kamis, 12 April 2012

Berfikir Sederhana


 Terpetik sebuah kisah seorang pemburu berangkat ke hutan dengan  membawa busur dan tombak. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang paling besar yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak pakai anjing pelacak atau jaring penjerat, tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.
Tidak lama ia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gagang tombaknya kelelawar itu pasti bisa di perolehnya. Tetapi si pemburu berfikir, “untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apakah artinya dia dibandingkan dengan seekor rusa besar yang saya incar?”
Tidak lama berselang seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berfikir, “ah, hanya seekor kancil nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia.” Agak lama si pemburu menunggu. Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatag mendekat. Si pemburu pun mulai siaga penuh, tetpi ternyata seekor kijang. Ia pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu tetapi tidak ada rusa yang lewat sehingga ia tertidur.
Baru setelah hari sudah sore rusa yang di tunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu tetapi ia sedang tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya ia kaget. Spontan ia berteriak, “rusa!!!” sehingga rusanya pun kaget dan lari terbirit-birit sebelum si pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa.
Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Ia berfikir yang tinggi-tinggi dan bicaranya pun terkadang sulit di pahami. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati begitu saja tanpa pernah berfikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga. Tidak jarang orang-orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar